[6] [recent] [slider-top-big] [Berita Terbaru]
[3] [true] [slider-top] [BERITA ACAK]
Anda Membaca Halaman: Home / , Pengetahuan Umum

Pengetahuan Umum

| No comment


PROLOG : 

Rupanya banyak masyarakat awam di Indonesia yang salah memahami tentang konsep otak. maklum, otak adalah salah satu organ manusia yang terletak di dalam tubuh, alhasil tidak bisa dilihat dengan mata. karena itu, saya ingin berbagi pengetahuan tentang otak, dari kuliah tambahan saya di fakultas psikologi yaitu tentang fisiologi psikologi (psikologi faal).

Kanan - Kiri  vs  Dominan - Non Dominan
   Hampir semua orang (bahkan di dunia barat) mengklasifikasikan fungsi otak berdasarkan aturan kiri-kanan, yaitu otak kiri dan otak kanan. itu bukanlah masalah, akan tetapi yang menjadi masalah ialah ketika masyarakat beranggapan bahwa intelijensia berada di hemisfer kiri, sedangkan kreativitas berada di hemisfer kanan.
   Padahal, klasifikasi fungsional yang lebih tepat ialah dominan-non dominan, yakni hemisfer dominan dan hemisfer non dominan.

Otak semakin berkembang
   Perlu diketahui, bahwa manusia ketika awal masa perkembangannya yakni pasca natal, tulang tengkorang berkembang mengikuti perkembangan otak. hal inilah yang menjadikan kepala manusia  semakin membesar, begitu juga dengan volumenya. kemudian pada sekitar usia 1,5 tahun otak mulai berkembang mengikuti perkembangan tulang. hal ini membuat tekanan yang memaksa perkembangan otak tidak mengikuti pertumbuhan volume, akan tetapi hanya luas permukaannya saja. hal inilah yang membuat otak manusi berkembang secara tidak merata yakni dengan membentuk kerutan-kerutan yang tak teratur.



Fakta Tertinggal
   Nah, dalam perkembangannya (mulanya) sekitar 60% otak manusia yang berkembang lebih pesat (dominan) ialah hemisfer kiri, tetapi hemisfer kanan (non dominan) juga ikut berkembang walau tidak sepesat sebelah kiri. Hemisfer yang lebih pesat perkembangannya (dominan) untuk selanjutnya memiliki kemampuan mengolah logika lebih kuat, yakni 85% logika dan 15% kreatif. sedangkan otak kanan memiliki kemampuan mengolah kreatifitas lebih besar, yakni 15% logika dan 85% kreatif. Karena fakta tak sempurna inilah maka masyarakat banyak menganggap bahwa otak kiri adalah pusat logika, sedang otak kanan adalah pusat kreatif. Namun ada satu fakta penting yang tertinggal. Apakah itu?

   Sekitar 40% manusia sisanya (dari 60% barusan) memiliki otak dominan yang sebelah kanan. hal ini menimbulkan pusat logika (dominan logika) adalah sebelah kanan, bukan yang kiri (seperti pada umumnya), sedangkan hemisfer kiri adalah pusat kreatif (non dominan logika). Terbalik dengan kasus yang pertama, begitu pula terbalik dengan anggapan masyarakat umum. Inilah mengapa lebih pantas bila kita menganggap kemampuan logika dikategotikan menurut dominan - non dominan.
   Lantas, bagaimana cara kita mengetahui, lebih dominan manakah otak kita/otak anak kita? Bila Anda bersikeras untuk mengetahui hal ini maka silakan bawa anak Anda ke rumah sakit untuk dicek melalui serangkaian cek medis. namun bila Anda tidak memiliki kesempatan untuk itu, ada sebuah fakta yang bisa membuat kita mengetahuinya, namun tidak seakurat hasil cek medis.

Right Handed - Left Handed
   Pada umumnya, mayoritas manusia adalah right handed, alias tidak kidal. Nah, ahli medis menemukan fakta bahwa 90% manusia dengan otak dominan kiri adalah right handed, berarti sisa 10% adalah left handed. Lantas hal itu tidak langsung menganggap hal yang sebaliknya pada dominan kiri.

Non Dominan Pusat Emosi
   Satu fakta penting (lagi), pada perkembangan otak manusia, tidak terjadi perkembangan yang merata. Hemisfer dominan  berkembang lebih pesat, akibatnya volumenya pun lebih besar, hingga menempel ke tulang tengkorak. sedang di hemisfer non dominan yang lebih kecil volumenya timbul rongga kosong. Apakah sesuatu yang mengisi ruang kosong itu, ternyata adalah cairan dari organ limbik.
   Perlu diketahui, bahwa emosi manusia dikontrol oleh organ limbik. dan karena cairan dari organ limbik ini juga mengisi ruang kosong dari hemisfer non dominan, akibatnya otak non dominan juga memiliki koneksi lebih besar dalam mengontrol sistem emosi.

( celly beto dari berbagai sumber )